Perjalanan kali ini suprasableng
lakukan berawal dari sebuah keisengan salah satu KajeNRs yang dengan sengaja
mengerjai suprasableng. Awal cerita ketika hari Jum’at petang sekitar pukul
19.00 WIB dengan cuaca gerimis mengundang sejak siang hari, tiba-tiba smartphone suprasableng berdering. Tak
disangka dan tak di duga bahwa dering tersebut berasal dari seorang Semarangers
dan seorang admin di forum Nusantaride yakni om Adie B Siswoyo yang mengirimi
saya gambar di depan masjid agung Al-Muhtarom pada saat itu juga saya hanya
menjawab “merapat”.
Ternyata benar om Adie BS dan rombongan tengah
berisitirahat sembari beribadah pada Allah SWT. Setelah saling berjabat dan
peluk, eh maksudnya kangen-kangenan gitu. Kami ngobrol-ngobrol sebentar sembari
saya dan om Adie dkk menghubungi KajeNRs yang lain senda gurau yang begitu
hangatpun seakan menyamarkan cuaca yang sedang gerimis malam itu. Kemudian dari
kejauhan suara motor yang terasa tak asing lagi, tak lama kemudian muncullah
panjoel dengan Fit Black-nya serta Soleh dengan Redjupiter-nya yang
berboncengan dengan Gigih ikut merapat di depan Masjid Agung Al Muhtarom Kajen.
Sembari mereka bertegur sapa sambil pelukan eh salah lagi melepas kangen. Kami
putuskan untuk pindah dan beristirahat di rumah Suprasableng karena letaknya
yang paling dekat dengan lokasi kami bertemu yakni sekitar 600 meter saja.
Sesampainya di rumah rombonganpun disambut oleh Bapak dan Ibu, yang ketika
Suprasableng berangkat untuk menghampiri sudah berkata bahwa teman-teman
suprasableng akan datang dan mungkin akan menginap di rumah.
Jadilah suasana
rumah yang tadinya sepi menjadi ramai dengan penuh keceriaan dan kehangatan
para sahabat yang telah lama tak bersua. War-wer suara motor dan kilatan lampu
tambahan yang ada di motor kami membuat para tetangga menjadi penasaran ada apa
kok dirumah Pak Tri (Ayahanda) kok ramai motor yang nampak tak lazim dimata
tetangga. Dan akhirnya sang penjaga malam, datang menghampiri untuk sekadar
cari tahu dan akhirnya ikut larut dalam keceriaan kami malam itu.
Sembari teman-teman beristirahat
dirumah keluarga saya yang sederhana dan alakadarnya kami bercengkrama ngalor
ngidul. Kemudian ibu keluar membawa kopi panas dan teh jawa khas Paninggaran
sebagai pehangat badan teman-teman yang memang wet ride dari Brebes hingga Kajen. Tak lama muncul Heru dengan
Black Red-nya. Sekitar satu jam rombongan beristirahat datanglah Soleh membawa
sajian khas Kajen yakni sego megono hangat dan mendoan panas untuk mengisi
perut kami. Malam itu terasa seru selain megono Bapak yang setelah memanen
jagung pun mulai menyiapkan jagung bakar sebagai camilan. Ada-ada saja tingkah
kami malam itu ada yang langsung cari tempat untuk mojok eh untuk tidur kayak
kang Al Wachid ada yang pijit-pijit ada nyang anuh juga via telepon kayak kang
Heru Pay. Setelah selesai makan dan bebersih diri kami bercengkrama hangat.
Kemudian terdengar suara sirine dan benar itu adalah om Noveri Tahelea (Ambon)
dan Ojan dengan Vega Ngatini-nya yang sekarang “terbuka” dibagian atasnya.
Sembari bertegur sapa kemudian datang pula Danang Saprol membawa alat musik,
dan jadilah musik akustik menemani malam itu. Yang memainkan icik-icik panjoel,
nabuh kendang paralon danang, kentrung kang heru pay, dan Bapak yang asik
menggesek biolanya.
Sekitar pukul 23.00 datang pula
Nuruga Dhia K dari batang, namun para rombongan sudah terhanyut di alam mimpi
mereka masing. Sebelumnya Kajeners merayu rombongan agar mau menginap dan
keesokannya mencicipi kopi owa yang semalam dicari tetapi sudah pada kehabisan.
Setelah jurus-jurus maut Kajeners lancarkan, akhirnya diambil kesimpulan yang
mau ikut ke Petungkriyono silahkan yang ngejar waktun untuk pulang ya nanti
malam jalan. Namun sepertinya cuaca dan kesempatan berpihak pada Kajeners yang
memang ingin sekali mengajak teman luar daerah untuk mengunjungi tempat indah
di Kab Pekalongan, karena mereka tertidur sampai pagi. Hihihi bukan bermaksud
menjebak dan memaksa tapi rasa penasaran sepertinya mengalahkan segalanya yah
semarangers dan demakers?
Sekitar jam 07.00 WIB hari sabtu tanggal 04/04/2015
setelah sarapan sego megono lagi, kami bersiap untuk menuju ke Petungkriyono.
Namun karena ada satu hal suprasableng terpaksa berangkat dahulu. Dan disinilah
skenario jahil panjoel mulai dilancarkan untuk Suprasableng. Sekitar pukul
08.00 saya mulai menyusul mereka dengan kesepakatan akan melewati daerah
Lebakbarang guna melintasi Rute Curug. Dengan segenap kemampuan suprasableng
mengejar dan akhirnya sampailah suprasableng di desa Sidomulyo Kec. Lebakbarang
untuk bertanya pada petani yang sedang bekerja apakah melihat rombongan motor
dengan Box melintas ternyata belum melihat. Namun, kepalang tanggung
Suprasableng sudah berada di tengah rute dan untuk kembali adalah hal yang
percuma. Akhirnya suprasableng putuskan untuk meneruskan menuju rute curug
dengan harapan akan berjumpa nantinya. Disertai perasaan was-was kalau cuaca
tiba-tiba memburuk dan dengan keyakinan yang ditebalkan bahwa akan bertemu
rombongan nantinya. Setelah tiba di desa Timbangsari Suprasableng mendapat spot
dengan view yang amajing.
Kemudian Suprasableng melanjutkan
perjalan dan sampailah suprasableng di desa Wonosido dan disambut dengan
tanjakan terjal berbatu lepas dan sendiriiiiii. Namun, tak menyurutkan niat
Suprasableng untuk melanjutkan perjalanan. Inilah tanjakan tersebut.
Ditengah tanjakan yang cukup
panjang ini mesin Suprasableng mulai mengeluarkan bau tak sedap seperti meminta
untuk beristirahat sejenak, maklum sudah nafas tua karena tahun Suprasableng
akan berulang tahun yang ke-10. Sembari beristirahat untuk sekedar menjinakkan
panas mesin Suprasableng. Tak menyia-nyiakan kesempatan langsung ambil kamera
untuk mengabadikan pemandangan.
Setelah cukup beristirahat
suprasableng kembali gass melanjutkan perjalan dan mulai memasuki rute curug
yakni jalur dengan curug ditengah-tengah rute berikut ini adalah beberapa curug
yang di maksud.
Untuk semarangers dan demakers
jangan bersedih ya karena tidak jadi melalui rute ini karena ada beberapa
pertimbangan dari kajeners untuk semarangers dan demakers, jika masih penasaran
nanti dilain kesempatan Suprasableng dan Kajeners yang lain akan selalu siap
mengantarkan untuk melalui rute curug ini. Setelah sampai di desa curug muncar
Suprasableng kembali bertanya pada penjaga parkir di curug Bajing apakah ada
romboingan berbox sampai disini. Ternyata belum juga, akhirnya suprasableng
turun menuju Doro. Walaaaaaa akhirnya kami bertemu juga di desa Kasimpar.
Setelah sedikit misuh hehehehe kami rombongan berjalan dan saya pun balik arah
lagi naik menuju Kec.Petungkriyono.
Di depan monumen perjuangan Peutngkriyono dan diiringi cuaca berkabut kami
sampai dan sedikit diskusi karena waktu juga yang telah mefet serta
mengharuskan berpisah akhirnya setelah Suprasableng memberikan arahan menujua
dieng karena memang jalur terbaik menuju semarang ketika telah sampai di
Petungkriyono adalah jalur dieng melalui desa Simego. Dan jadilah mereka
berpamitan untuk memalui perjalan pulang. Dan rombongan kajeNRs lain memilih
untuk melalui jalur curug yang saya lalui tadi ketika berangkat. Karena sedikit
kekecewaan akhirnya suprasableng memilih tidak ikut rombongan melalui rute
curug lagi dan memilih turun menuju doro. Ditengah perjalan suprasableng
beristirahat di curug sibedug tepatnya di warung kopi owa tempat dimana kopi
owa tersedia dan disambut oleh ibu penjual dan dua orang jagawana yang sangat
ramah suprasableng pun melepas lelah setelah cukup bugar suprasableng
melanjutkan perjalanan pulang sekitar pukul 14.00 sampailah suprasableng
dirumah. Nantikan tulisan suprasableng selanjutnya. Tulisan ini Suprasableng
persembahkan untuk Semarangers dan Demakers yang masih penasaran denga Rute
Curug sebagai obat (baca; Ratjoen) agar berkunjung ke Kajen lagi.