When The Scream Loudest

When The Scream Loudest

Senin, 31 Maret 2014

Trip pendek di akhir pekan panjang

Trip ini memang pendek karena hanya lintas kabupaten itu pun hanya lewat jalan alternatif. Tapi tak masalah karena sebuah perjalanan dinilai bukan dari jarak yang ditempuh tapi kenikmatan yang diraih (kayak makan aja donk?). tujuan dari trip kali ini adalah curug Bengkawah yang terdapat di desa Sikasur kecamatan Randudongkal kabupaten Pemalang 7°55’ LS dan 109° 50’ BT 7° 7' 49"S (- 7.130°) 109° 21' 28"E (109.358°). Inilah penampakan curugnya.
Awal cerita ketika hari minggu tanggl 30 maret 2014, sejak malam saya memang pengen jalan keluar karena ngga ngapel. Tapi, tidak jadi karena anak-anak di desa mengajak kumpul di depan rumah. Ya sudahlah, akhirnya tidak menikmati malam minggu yang merupakan libur akhir pekan panjang. Saya semakin terkompori karena membaca update status teman-teman yang menghabiskan libur panjang akhir pekan dengan petualangan dan di tempat-tempat yang eksotis. Pagi menjelang, saya mandikan dulu si sableng tepat pukul 11.00 saya semakin menggebu-gebu untuk jalan. Karena, sang boncenger masih asyik dengan keluarga jadilah saya kontek manteman. Cuma soleh redjupiter yang membalas pesan saya, ketika itu belum ada rencana untuk ngetrip hingga akhirnya soleh menunjukkan foto curug bengkawah yang terlihat menarik bagi saya. Karena, keinginan ngetrip sudah tak tertahan lagi saya langsung mengiyakan ajakan soleh dan langsung bersiap. Setelah siap saya menunggu di titik kumpul yaitu warnet Utama Net Cafe. Tidak berselang lama datang Pakdhe Cahyo yang awalnya tidak mau ikut tapi akhir ikut juga. Kemudian Alief Ghofur dan Deecii ceweknya yang sedari awal memang ikut setelah dihubungi oleh Soleh. Dan Watanabe Q-fly yang datang terakhir karena dia juga baru pulang ngetrip di Kandang serang dengan tujuan mencari curug jaran dan ketemu. Pukul 14.00 kami berangkat menuju markas PMI untuk menghampiri Panjoel Fit Black yang baru selesai mengevakuasi orang di tengah hutan. Namun, dia tidak ikut karena Fit Blacknya mengalami pecah ban dan memang kondisinya belum Fit. Akhirnya kami berangkat dengan lima motor enam orang sebutanya sih 56 personil xixixi. Sampai di Kesesi kami mengisi bahan bakar di SPBU kesesi dan ini merupakan jalur alternatif dari purbalingga / guci/ purwokerto/ jakarta.
Kami berangkat menuju randudongkal melalui jalur kaliwadas-pedagung-bantarbolang-randundongkal yang jalurnya jelek sepanjang jalan baik itu lubang, jalur tanah, jalan berdebu, dan belum lagi naik turun. Bagi pengendara baik itu motor ataupun mobil tidak disarankan untuk melalui jalur ini pada malam hari karena parahnya kerusakan jalan. Walaupun memang masih di lakukan pengecoran jalan tapi kami tidak menyarankan. Kami sampai di randudongkal sekitar pukul 16.00 memang agak lama perjalanannya karena rusaknya jalan yang kami lewati. Sampai disana kami sempat hilang arah karena petunjuk dari teman kami salah membacanya setelah membuka peta dan bertanya-tanya kami baru bisa menemukan tempat yang dimaksud. Desa Sikasur ini ternyata berada di pinggir jalur randudongkal-purbalingga. Namun tidak perlu khawatir banyak petunjuk jalan untuk menuju curug bengkawah, karena memang ini sudah menjadi objek wisata dan dikelola oleh desa.
Kami terus mengikuti petunjuk jalan yang mengarahkan kami untuk ke curug Bengkawah. Sebelum sampai kami terkejut karena kami melewati pinggiran saluran air dimana jalurnya hanya cukup untuk satu motor saja dan tidak bisa untuk berpapasan. Disinilah skill berkendara sangat dibutuhkan salah-salah bisa kecebur di sawah atau sungai yang deras atau saluran air yang cukup besar.
Setelah melewati ini ada sebuah bangunan sederhana namun terbuat dari tembok yang awalnya kami kira adalah sebuah gubug karena memang letaknya ditengah sawah. Dan setelah bertanya itulah tempat loketnya dan menjadi tempat parkir. Saya kira tempat tersebut hanya cukup untuk parkir 10 motor saja tidak lebih. Informasi awal yang kami dapat tiket masuknya adalah 2500 per orang dan motor 2000 rupiah namun, ketika sampai di loket kami ngobrol sebentar dengan si penjaga beliau bilang kalau biayanya 8000 per motor bukan perorang lagi. Kebanyakan kami single rider hingga cukup besar. Akhirnya kami tawar menjadi 30.000 untuk semua rombongan kami. Dari tempat ini kami masih harus berjalan lagi sekitar 30 meter melewati pematang sawah dengan pemandangan yang indah namun mendung sehingga kami tidak bisa melihat puncak gunung slamet yang menjadi latar dari tempat kami berjalan.
Setelah berjalan sebentar kami merasakan segar karena melihat pemandangan yang indah lukisan Tuhan terpampang di depan mata kami. Tanpa pikir panjang kami langsung mengabadikan moment dengan kamera masing-masing. Namun, disayangkan tempat ini tidak terawat selain tidak adanya pedagan makanan dan minuman. Di sini juga tempatnya kurang dijaga hanya ada beberapa kursi dari kayu yang sudah lapuk dan berlumut jalan menuju curugnya juga licin tidak ada tempat sampah juga menjadikan tempat ini semakin kotor. Padahal sungai ini digunakan penduduk sekitar untuk keperluan MCK. Semoga akan lebih baik diwaktu yang akan datang.