When The Scream Loudest

When The Scream Loudest

Minggu, 05 April 2015

Melintasi jalur blusukan reguler sendiri itu...menyenangkan juga (Efek Gagal KajeNRS Feat Semarangers and Demakers Menikmati Rute Curug)



Perjalanan kali ini suprasableng lakukan berawal dari sebuah keisengan salah satu KajeNRs yang dengan sengaja mengerjai suprasableng. Awal cerita ketika hari Jum’at petang sekitar pukul 19.00 WIB dengan cuaca gerimis mengundang sejak siang hari, tiba-tiba smartphone suprasableng berdering. Tak disangka dan tak di duga bahwa dering tersebut berasal dari seorang Semarangers dan seorang admin di forum Nusantaride yakni om Adie B Siswoyo yang mengirimi saya gambar di depan masjid agung Al-Muhtarom pada saat itu juga saya hanya menjawab “merapat”.

 Ternyata benar om Adie BS dan rombongan tengah berisitirahat sembari beribadah pada Allah SWT. Setelah saling berjabat dan peluk, eh maksudnya kangen-kangenan gitu. Kami ngobrol-ngobrol sebentar sembari saya dan om Adie dkk menghubungi KajeNRs yang lain senda gurau yang begitu hangatpun seakan menyamarkan cuaca yang sedang gerimis malam itu. Kemudian dari kejauhan suara motor yang terasa tak asing lagi, tak lama kemudian muncullah panjoel dengan Fit Black-nya serta Soleh dengan Redjupiter-nya yang berboncengan dengan Gigih ikut merapat di depan Masjid Agung Al Muhtarom Kajen. Sembari mereka bertegur sapa sambil pelukan eh salah lagi melepas kangen. Kami putuskan untuk pindah dan beristirahat di rumah Suprasableng karena letaknya yang paling dekat dengan lokasi kami bertemu yakni sekitar 600 meter saja. Sesampainya di rumah rombonganpun disambut oleh Bapak dan Ibu, yang ketika Suprasableng berangkat untuk menghampiri sudah berkata bahwa teman-teman suprasableng akan datang dan mungkin akan menginap di rumah. 

Jadilah suasana rumah yang tadinya sepi menjadi ramai dengan penuh keceriaan dan kehangatan para sahabat yang telah lama tak bersua. War-wer suara motor dan kilatan lampu tambahan yang ada di motor kami membuat para tetangga menjadi penasaran ada apa kok dirumah Pak Tri (Ayahanda) kok ramai motor yang nampak tak lazim dimata tetangga. Dan akhirnya sang penjaga malam, datang menghampiri untuk sekadar cari tahu dan akhirnya ikut larut dalam keceriaan kami malam itu.
Sembari teman-teman beristirahat dirumah keluarga saya yang sederhana dan alakadarnya kami bercengkrama ngalor ngidul. Kemudian ibu keluar membawa kopi panas dan teh jawa khas Paninggaran sebagai pehangat badan teman-teman yang memang wet ride dari Brebes hingga Kajen. Tak lama muncul Heru dengan Black Red-nya. Sekitar satu jam rombongan beristirahat datanglah Soleh membawa sajian khas Kajen yakni sego megono hangat dan mendoan panas untuk mengisi perut kami. Malam itu terasa seru selain megono Bapak yang setelah memanen jagung pun mulai menyiapkan jagung bakar sebagai camilan. Ada-ada saja tingkah kami malam itu ada yang langsung cari tempat untuk mojok eh untuk tidur kayak kang Al Wachid ada yang pijit-pijit ada nyang anuh juga via telepon kayak kang Heru Pay. Setelah selesai makan dan bebersih diri kami bercengkrama hangat. Kemudian terdengar suara sirine dan benar itu adalah om Noveri Tahelea (Ambon) dan Ojan dengan Vega Ngatini-nya yang sekarang “terbuka” dibagian atasnya. Sembari bertegur sapa kemudian datang pula Danang Saprol membawa alat musik, dan jadilah musik akustik menemani malam itu. Yang memainkan icik-icik panjoel, nabuh kendang paralon danang, kentrung kang heru pay, dan Bapak yang asik menggesek biolanya.
Sekitar pukul 23.00 datang pula Nuruga Dhia K dari batang, namun para rombongan sudah terhanyut di alam mimpi mereka masing. Sebelumnya Kajeners merayu rombongan agar mau menginap dan keesokannya mencicipi kopi owa yang semalam dicari tetapi sudah pada kehabisan. Setelah jurus-jurus maut Kajeners lancarkan, akhirnya diambil kesimpulan yang mau ikut ke Petungkriyono silahkan yang ngejar waktun untuk pulang ya nanti malam jalan. Namun sepertinya cuaca dan kesempatan berpihak pada Kajeners yang memang ingin sekali mengajak teman luar daerah untuk mengunjungi tempat indah di Kab Pekalongan, karena mereka tertidur sampai pagi. Hihihi bukan bermaksud menjebak dan memaksa tapi rasa penasaran sepertinya mengalahkan segalanya yah semarangers dan demakers? 

Sekitar jam 07.00 WIB hari sabtu tanggal 04/04/2015 setelah sarapan sego megono lagi, kami bersiap untuk menuju ke Petungkriyono. Namun karena ada satu hal suprasableng terpaksa berangkat dahulu. Dan disinilah skenario jahil panjoel mulai dilancarkan untuk Suprasableng. Sekitar pukul 08.00 saya mulai menyusul mereka dengan kesepakatan akan melewati daerah Lebakbarang guna melintasi Rute Curug. Dengan segenap kemampuan suprasableng mengejar dan akhirnya sampailah suprasableng di desa Sidomulyo Kec. Lebakbarang untuk bertanya pada petani yang sedang bekerja apakah melihat rombongan motor dengan Box melintas ternyata belum melihat. Namun, kepalang tanggung Suprasableng sudah berada di tengah rute dan untuk kembali adalah hal yang percuma. Akhirnya suprasableng putuskan untuk meneruskan menuju rute curug dengan harapan akan berjumpa nantinya. Disertai perasaan was-was kalau cuaca tiba-tiba memburuk dan dengan keyakinan yang ditebalkan bahwa akan bertemu rombongan nantinya. Setelah tiba di desa Timbangsari Suprasableng mendapat spot dengan view yang amajing.

Kemudian Suprasableng melanjutkan perjalan dan sampailah suprasableng di desa Wonosido dan disambut dengan tanjakan terjal berbatu lepas dan sendiriiiiii. Namun, tak menyurutkan niat Suprasableng untuk melanjutkan perjalanan. Inilah tanjakan tersebut.


Ditengah tanjakan yang cukup panjang ini mesin Suprasableng mulai mengeluarkan bau tak sedap seperti meminta untuk beristirahat sejenak, maklum sudah nafas tua karena tahun Suprasableng akan berulang tahun yang ke-10. Sembari beristirahat untuk sekedar menjinakkan panas mesin Suprasableng. Tak menyia-nyiakan kesempatan langsung ambil kamera untuk mengabadikan pemandangan.


Setelah cukup beristirahat suprasableng kembali gass melanjutkan perjalan dan mulai memasuki rute curug yakni jalur dengan curug ditengah-tengah rute berikut ini adalah beberapa curug yang di maksud.





Untuk semarangers dan demakers jangan bersedih ya karena tidak jadi melalui rute ini karena ada beberapa pertimbangan dari kajeners untuk semarangers dan demakers, jika masih penasaran nanti dilain kesempatan Suprasableng dan Kajeners yang lain akan selalu siap mengantarkan untuk melalui rute curug ini. Setelah sampai di desa curug muncar Suprasableng kembali bertanya pada penjaga parkir di curug Bajing apakah ada romboingan berbox sampai disini. Ternyata belum juga, akhirnya suprasableng turun menuju Doro. Walaaaaaa akhirnya kami bertemu juga di desa Kasimpar. Setelah sedikit misuh hehehehe kami rombongan berjalan dan saya pun balik arah lagi naik menuju Kec.Petungkriyono. Di depan monumen perjuangan Peutngkriyono dan diiringi cuaca berkabut kami sampai dan sedikit diskusi karena waktu juga yang telah mefet serta mengharuskan berpisah akhirnya setelah Suprasableng memberikan arahan menujua dieng karena memang jalur terbaik menuju semarang ketika telah sampai di Petungkriyono adalah jalur dieng melalui desa Simego. Dan jadilah mereka berpamitan untuk memalui perjalan pulang. Dan rombongan kajeNRs lain memilih untuk melalui jalur curug yang saya lalui tadi ketika berangkat. Karena sedikit kekecewaan akhirnya suprasableng memilih tidak ikut rombongan melalui rute curug lagi dan memilih turun menuju doro. Ditengah perjalan suprasableng beristirahat di curug sibedug tepatnya di warung kopi owa tempat dimana kopi owa tersedia dan disambut oleh ibu penjual dan dua orang jagawana yang sangat ramah suprasableng pun melepas lelah setelah cukup bugar suprasableng melanjutkan perjalanan pulang sekitar pukul 14.00 sampailah suprasableng dirumah. Nantikan tulisan suprasableng selanjutnya. Tulisan ini Suprasableng persembahkan untuk Semarangers dan Demakers yang masih penasaran denga Rute Curug sebagai obat (baca; Ratjoen) agar berkunjung ke Kajen lagi.