Bagi siswa-siswi SMA yang mengambil jurusan IPS pastilah akan bertemu dengan mata pelajaran sosiologi. Ya mata pelajaran sosiologi yang terkenal hafalan yang tidak kalah banyak dengan mata pelajaran sejarah. Itu menurut pandangan sebagian besar siswa-siswi SMA di indonesia. Para siswa enggan dengan materi hafalan yang seabreg tersebut. Tetapi sebenarnya untuk mata pelajaran sosiologi adalah mata pelajaran yang amat mudah bila dibandingkan dengan akuntansi ataupun juga geografi. Ini juga menurut pandangan umum sebagian anak-anak SMA. Pentingnya mata pelajaran sosiologi di berikan di SMA. Bukan hanya sebatas untuk memenuhi ketentuan kurikulum saja. Namun, sosiologi diberikan untuk memupuk rasa sosial dari siswa-siswa SMA agar mereka tidak menjadi individu yang asosial. Jika siswa SMA tidak mendapatkan amat pealajarn sosiologi. Maka yang akan terjadi adalah perilaku dan pribadi dari generasi penerus bangsa akan bobrok bahkan selalu melanggar nilai dan norma yang ada di lingkungan masyarakatnya. Dan akan terjadi kekacauan yang sosial yang bisa menimbulkan keresahan dan kerusuhan yang akan sulit terselesaikan.
Dibalik urgensinya yang cukup penting. Guru atau pendidik yang mengajarkan mata pelajaran sosiologi di SMA-SMA indonesia kebanyakan bukan berlatar belakang akademik dari pendidikan sosiologi. Bahkan, yang lebih miris lagi adalah lulusan dari program pendidikan geografi mengajar mata pelajaran sosiologi. Ini adalah sebuah realita yang benar-benar terjadi di jawa tengah. Namun, untuk menjaga nama baik yang bersangkutan maka tidak disebutkan. Sungguh miris dengan meliht hal tersebut. Apakah formasi bagi guru sosiologi itu kurang? Atau jumlah guru sosiologi yang memang kurang? Hal ini perlu konfirmasi dari pihak yang terkait dan berwenang. Bagaimana jadinya jikalau mata pelajaran sosiologi yang mat penting urgensi di ajar oleh orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sosiologi. Bagi LPTK yang memiliki prodi pendidikan sosiologi sekaranglah saatnya untuk mengolah SDM yang telah menjadi input untuk diolah secara maksimal sehingga menghasilkan output yang dapat memnuhi kompetensi guru sosiologi yang lebih terintegrasi ke dalam inidividu yang memilih prodi pendidikan sosiologi. Semoga output yang nantinya akan menjadi guru generasi yang baru dan menggantikan yang tua. Akan membawa pembaruan dalam penyampaian mata pelajaran sosiologi. Sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang memiliki rasa sosial yang tinggi.
Dibalik urgensinya yang cukup penting. Guru atau pendidik yang mengajarkan mata pelajaran sosiologi di SMA-SMA indonesia kebanyakan bukan berlatar belakang akademik dari pendidikan sosiologi. Bahkan, yang lebih miris lagi adalah lulusan dari program pendidikan geografi mengajar mata pelajaran sosiologi. Ini adalah sebuah realita yang benar-benar terjadi di jawa tengah. Namun, untuk menjaga nama baik yang bersangkutan maka tidak disebutkan. Sungguh miris dengan meliht hal tersebut. Apakah formasi bagi guru sosiologi itu kurang? Atau jumlah guru sosiologi yang memang kurang? Hal ini perlu konfirmasi dari pihak yang terkait dan berwenang. Bagaimana jadinya jikalau mata pelajaran sosiologi yang mat penting urgensi di ajar oleh orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sosiologi. Bagi LPTK yang memiliki prodi pendidikan sosiologi sekaranglah saatnya untuk mengolah SDM yang telah menjadi input untuk diolah secara maksimal sehingga menghasilkan output yang dapat memnuhi kompetensi guru sosiologi yang lebih terintegrasi ke dalam inidividu yang memilih prodi pendidikan sosiologi. Semoga output yang nantinya akan menjadi guru generasi yang baru dan menggantikan yang tua. Akan membawa pembaruan dalam penyampaian mata pelajaran sosiologi. Sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang memiliki rasa sosial yang tinggi.
untuk dapat menarik siswa menyenangi pelajaran sosiologi dapat digunakan tambahan media dengan effect tertentu yang sesuai mengikuti gaya remaja sekarang sehingga belajar pun dapat menyenangkan. selain itu juga dapat menggunakan laboratorium sosiologi dengan objek kajiannya yakni masyarakat. siswa perli di ajak untuk keluar tidak belajar melulu di kelas dengan mengamati kehidupan suatu masyarakat tertentu
BalasHapusterima kasih atas komentnya...setuju sekali
BalasHapus