When The Scream Loudest

When The Scream Loudest

Kamis, 14 Januari 2016

SupraSableng Lovescepade (Bukan Honeymoon tapi Jalan-jalan Setelah Menikah) Bagian 2


Hari Kedua
Kamis 31 Desember 2015, pukul 06.00 WIB matahari sudah tinggi di angkasa saya pun keluar kamar untuk melihat pagi hari di pantai krakal. Dan saya agak tertegun karena laut yang masih surut hingga karang di garis pantai terlihat menjadikan pemandangan menjadi agak berbeda dari yang semula hanya pasir putih dan birunya air laut kini berganti dari putih pasir hijaunya rumput laut yang menempel pada karang kemudian biru air laut menjadi penyegar mata ini yang masih dirundung kantuk. Sambil menikmati suasana pagi, kami memesan teh hangat sebagai moodbooster kami dipagi hari waktu itu tak lupa kami pun mengabadikan beberapa moment yang dapatkan pada pagi hari itu. Sembari bercengkrama mesra kami menikmati pagi di pantai krakal waktu itu. Setelah puas menikmati suasana pagi pantai krakal kami kembali ke kamar untuk bersiap menjelajahi pantai pesisir selatan jawa ini. Sekitar pukul 10.30 kami baru selesai bersiap dan sekalian cek out akhirnya kami baru sarapan. Kalau anda berkunjung di pantai krakal dan anda ingin menikmati duduk di gazebo maka anda harus menyiapkan kocek sebesar Rp. 25.000 untuk sewa gazebo. Untuk harga makanan di pantai krakal ini relatif murah jadi anda tidak perlu khawatir. Selesai sarapan kami pun memulai penjelajahan hari itu. Target kami adalah pantai di sisi tenggara Gunungkidul seperti pantai siung, pantai wediombo, pantai sepanjang, pantai jogan, dan di sisi barat baron target kami adalah pantai ngerenehan, pantai ngobaran, dan pantai nguyahan. Namun, karena kami terlalu siang untuk memulai penjelajahan maka jadi lah hanya dua pantai saja yang sempat kami kunjungi yakni pantai jogan dan pantai ngerenehan. Pada awal musim penghujan biasanya di daerah Gunungkidul yang di dominasi tanaman jati ini terdapat banyak ulat yang menggantung di sisi jalan sepanjang pantai ini. Kami pun tidak lepas dari ulat yang menempel di sekujur badan kami. Meskipun tidak membuat gatal, namun hal ini cukup mengganggu konsentrasi kami dalam berkendara. Untuk anda yang berencana ke daerah gunungkidul pada saat awal musim penghujan kami sarankan untuk menyiapkan tongkat guna menyingkirkan ulat-ulat yang menempel di badan. Setelah cukup puas menikmati suasana pagi di pantai krakal kami pun bersiap untuk mandi berkemas kembali guna menjelajah beberapa pantai waktu itu. Sambil bersenda gurau dan merencanakan akan kemana kami hari ini, kami juga bersiap untuk memulai perjalanan hingga tak terasa sudah pukul 10.00 WIB kami baru selesai bersiap. Setelah itu kami bersantap pagi di warung sekitar dengan menu soto ayam dan nasi goreng kami pun bersantap di gazebo yang menghadap ke pantai. Pesan untuk anda jika ingin menggunakan gazebo bersiaplah untuk mengeluarkan biaya sewa gazebo sebesar Rp. 25.000. Awalnya kami kaget karena sewaktu tadi pagi kami menikmati teh kami duduk di gazebo yang sama setelah membayar tidak ada istilah sewa gazebo namun, ketika kami selesai dan akan membayar santapan kami biaya sewa gazebo tersebut barulah muncul. Harga makanan cukup murah untuk warung makan yang terdapat di tempat wisata dan rasanya pun cukup enak menurut kami.












Pukul 11.00 WIB sampailah kami di kawasan pantai siung, jogan, dan wediombo yang masuk melalui satu loket saja. Namun, kami paling penasaran dengan pantai jogan yang terdapat sungai yang membentuk air terjun kecil yang jatuh langsung ke laut lepas. Dengan latar pantai karang curam yang cukup mengerikan bila melihatnya. Disini mulai kami lihat penduduk sekitar yang memasang jerat guna menangkap lobster yang di letakkan di bibir tebing yang langsung menuju laut. Pantai jogan ini terkenal dengan air terjunnya namun, ketika kami berkunjung kesitu debit airnya tidak terlalu besar sehingga air terjunnya tidak begitu deras. Sesampainya kami di pantai jogan ini cuaca terasa terik sekali dengan matahari yang bersinar dengan cerah dan berada hampir diatas kepala kami karena memang sudah tengah hari. Tidak lama kami berada di sini, hanya untuk mengabadikan moment kemesraan kami dengan latar lautan dan tebing serta air terjun. Walau tidak lama kami singgah di sini hanya sekitar 1 jam saja, kayak lagu donk?!. Di sini kami menjelejah sekitar area pantai jogan dimana kami mencari titik untuk mengabadikan momen kemesraan kami di pantai jogan. Tak terasa jam di tangan saya sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kami pun bersiap untuk menjelajah lagi, awalnya kami ingin mengunjungi pantai siung dan pantai wediombo.
Namun, karena kami ingin menikmati masakan seafood segar dan suasana yang segar pula di pantai ngerenehan akhirnya kami urung mengunjungi dua pantai tersebut. Jadilah kami langsung cuss menuju pantai ngerenehan, berbekal info dari beberapa pegawai di penginapan tadi mengenai arus lalu lintas yang macet di jalan baron kami melalui jalan lain menuju wonosari terlebih dahulu untuk menuju ke pantai ngerenehan. Memang memutar lebih jauh tapi kami berpikir untuk menghindari kemacetan. Dengan sedikit tanya sana-sini kami pun sampai di daerah pantai ngerenehan saptosari gunungkidul sekitar pukul 14.00 WIB. Tak menunggu waktu lama kami pun memilih tempat makan yang berada di dekat parkiran. Sebelumnya kami mohon maaf karena kami lupa mengingat nama tempat makan yang kami kunjungi di pantai ngerenehan ini, yang jelas warung ini terletak di sebelah bangunan berlantai dua dan di depannya ada pohon waru dan tumpukan kelapa muda. Sebenarnya kami mampir kesini tidak ada yang merekomendasikan, hanya asal-asalan saja. Di pantai ngerenehan ini hampir setiap warung menyediakan hasil laut segar mulai dari berbagai jenis ikan hingga lobster segar juga ada walaupun sudah mati. Kami pun memilih hasil laut yang akan kami nikmati, awalnya kami memesan ikan tengiri bakar dan cumi bakar. Namun, karena saya penasaran akan lobster dan kebetulan di warung ini ada kami oun memesan lobster asam pedas. Yang bikin kami agak kaget disini adalah HARGANYA!, harga olahan hasil laut disini sangatlah murah dengan kesegaran yang terjamin dan rasa yang cukup enak. Untuk memberi gambaran kepada pembaca yang budiman akan kami berikan rincian harganya ikan tengiri harganya Rp. 50.000 per kilogram, cumi Rp. 60.000 perkilogram, dan lobster Rp. 170.000 perkilogram. Karena kami cuma berdua, kami tidak memesan ke semua bahan makanan dengan  jumlah satu kilogram. Kami hanya memesan satu porsi untuk setiap bahan makanan, yang rata-rata 250 gram saja. Tidak lupa sebagai minuman dan penyegar ditengah teriknya hari itu kami memesan 2 buah kelapa muda dan 3 gelas teh dan es teh, tenggorokan kami terlalu dahaga makanya kami minumnya banyak hehehe. Sembari pesanan kami selesai dimasak, kami pun berkeliling di sekitar pantai ngerenehan. Di pantai ini tersembunyi kenangan dan nostalgia, selain pemandangan dari pantai yang berbentuk teluk diapit dua bukit karang yang kokoh berdiri.

Sekitar 20 menit makanan yang kami pesan selesai dimasak. Kami pun makan dengan lahap, selesai makan kami pun beristirahat dan tak terasa waktu sore pun menjelang diiringi mendung dan sedikit gerimis. Kami pun meninggalkan pantai ngerenehan tanpa sempat mengunjungi pantai ngobaran dan nguyahan. Karena lelah dan kantuk yang tak tertahankan akhirnya kami pun menginap lagi di hotel Chika Raya yang terletak di tepi ringroad wonosari. Di hotel yang cukup bagus tampilannya ini kami memesan kamar standar dengan fasilitas AC, TV, dan single bed dengan harga Rp. 400.000 yah memang mahal karena hari itu adalah malam tahun baru. Namun, tak masalah daripada kami memaksakan diri menuju kota Yogyakarta yang cukup jauh dengan jalan naik turun berkelok dan sudah jelas macet. Kami pun beristirahat sejenak untuk menghilangkan kantuk dan lelah karena kepanasan di jalanan tadi. Sekitar pukul 19.30 kami mencari makan malam di daerah kota wonosari yang sudah riuh rame dengan lalu lalang orang yang ingin bertahun baruan. Selesai makan sekitar pukul 21.30 kami pun kembali ke hotel dan beristirahat.















SupraSableng Lovescepade (Bukan Honeymonn tapi Jalan-jalan Setelah Menikah) Bagian 1




Kamis pagi tanggal 3 desember 2015 resmilah kami sebagai pasangan suami-istri, dan sebelum tanggal itu pun sang mantan pacar* (*baca: istri) sudah membicarakan tentang honeymoon yang ingin dilakukan atau bisa dikatakan greneng-greneng atau lebih singkatnya lagi merencanakan. Kala itu istri menginginkan bulan madu (Honeymoon) di daerah Pacitan dengan pantai-pantainya yang mempesona. Namun, kenyataan sering kali tidak sesuai dengan yang direncanakan. Karena satu dua hal yang membuat kami urung menuju Pacitan. Saya pun mengatakan bahwa perjalanan setelah menikah kita nanti bukan bulan madu (Honeymoon)  tapi jalan-jalan setelah menikah, karena tidak perlu ketempat yang jauh untuk bulan madu dirumah pun bisa bulan madu. Setelah menyelesaikan pekerjaan dan menunggu waktu yang tepat untuk memulai jalan-jalan kami.


Rencana awal kami untuk memulai perjalanan adalah tanggal 28-31 Desember 2015 dengan tujuan yang awalnya adalah Pacitan kami ubah menuju Yogyakarta dengan tujuan utama adalah daerah pesisir selatan Gunungkidul yang pantai-pantainya juga tidak kalah indah dengan daerah lain. Seiring berjalannya waktu rencana awal kami yang hanya tiga hari dua malam pun ikut berubah menjadi 4 hari tiga malam. Karena kami masih belum puas dan masih ingin bernostalgia di kota yang penuh kenangan, cerita, dan pengalaman Yogyakarta. Pada perjalanan kali ini kami diantar oleh SupraSableng [Reborn] yang baru saja selesai di restorasi dengan berganti baju zirahnya.Hari selasa tanggal 29 Desember 2015 setelah di siang hari saya menyiapkan sang SupraSableng untuk menjadi tunggangan kami, malam harinya paking perlengkapan yang akan dibawa pun dilakukan mulai dari pakaian sampai obat-obatan. Setelah selesai berkemas kami pun beristirahat untuk memulai perjalanan esok pagi.

Hari Pertama

Hari Rabu pagi tanggal 30 Desember 2015 setelah selesai bersiap dan sarapan, waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB kami pun memulai perjalanan ini. Dengan melalui jalur tengah tanpa melalui pantura yakni melewati wilayah karanganyar-doro-talun-bandar-blado-bawang-sukorejo-temanggung-secang-magelang-muntilan-yogyakarta-gunungkidul-pesisir selatan, sengaja kami memilih tidak melalui jalur pantura karena ini masih musim libur, kami menghindari keramaian kendaraan yang bisa memperbesar resiko keselamatan. Berkendara dengan kecepatan rata-rata 60 Km/Jam kami menikmati pemandangan yang ada di kanan kiri jalan yang kami lalui. Pada awal-awal jalur yang kami lalui jalan masih dihiasi oleh lubang menganga yang membutuhkan konsentrasi lebih untuk melewatinya dengan selamat. Setelah memasuki daerah bandar jalan halus dan aspal yang bagus kami rasakan hingga sampai di daerah sukorejo kabupaten kendal, jalan yang beraspal halus dan rata mulai tergantikan dengan aspal bergelombang dan memiliki lobang di beberapa titiknya yaitu diwilayah sukorejo hingga candiroto. Jika anda ingin melewati jalur ini, kami sarankan untuk bersiap menghadapai jalanan berkelok tajam dan naik turun karena memang jalur ini berada di daerah pegunungan. Setelah sampai di daerah sukorejo waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB perut kami pun sudah mulai berdendang.





Jadilah kami beristirahat di daerah Bejen kabupaten temanggung untuk bersantap siang. Di bejen kami memiliki warung langganan kami yakni Warung Makan Bu Tas yang berada tepat di depan balai desa Bejen di sebelah kiri jalan jika dari arah sukorejo, dengan menu khas andalan brongkos ayam. Namun, kami belum beruntung karena sewaktu kami mampir ke warung tersebut sajian brongkos ayam belumlah matang. Selesai makan dan sholat, pukul 13.30 kami pun melanjutkan perjalanan. Karena sudah cukup lama kami tidak melakukan perjalanan yang cukup jauh badan ini serasa menjadi gampang lelah. Pukul 14.30 WIB kami pun menepi lagi di tepi jembatan kaliprogo setelah kota temanggung. Disana selain meluruskan kaki, saya pun membeli sebuah durian yang harganya agak mahal. Hal ini karena menjelang tahun baru begitu kata si ibu penjual durian, untuk kali ini jurus menawar saya kalah dengan si ibu. Setelah selesai memakan durian rintik hujan mulai jatuh, kami pun melanjutkan perjalanan dan kehujanan sedikit di daerah Secang magelang. Perjalanan terus berlanjut hingga pukul 16.30 kami sampai di daerah Yogyakarta, kami memilih singgah di angkringan langganan saya sewaktu kuliah yang terletak di depan kolam renang FIK UNY. Setelah beristirahat dan nyemil tak terasa waktu maghrib tiba. Kemudian, sekitar pukul 18.30 kami melanjutkan perjalanan menuju daerah Gunungkidul. Dengan jalanan yang menanjak, minim PJR, dan ramai karena masih musim libur kami berjalan menuju daerah pantai krakal untuk menginap. Pukul 21.30 kami sampai di pantai krakal da langsung mencari penginapan. Setelah bertanya dan melihat kesana kemari jadilah kami memilih wisma semudro untuk menjadi tempat singgah kami. Dengan harga Rp. 150.000 permalam kami mendapatkan fasilitas berupa TV, single bed, dan Fan. Setelah selesai mandi dan tidak lupa beribadah juga kami sempatkan untuk menikmati suasana malam di tepi pantai krakal gunungkidul. Suara deburan ombak yang menghantam karang melarutkan kami pada suasana yang romantis, dinaungi langit berbintang kami bercengkrama hingga tak terasa tengah malam pun menjelang. Kantuk pun tak tertahankan lagi pukul 24.00 kami pun beristirahat.

Senin, 04 Januari 2016

Cerita Menuju Negeri Atas Awan II (Pemanasan SupraSableng Lovescepade)



Selain lanjutan dari cerita sebelumnya yakni “Cerita Menuju Negeri Atas Awan”, Trip kali ini suprasableng juga bermaksud untuk melakukan pemanasan sebelum trip SupraSableng Lovescepade dimulai. Namanya juga pemanasan jadi ya kita tes badan untuk persiapan SupraSableng Lovescapade. Di dataran tinggi dieng ini kami mengunjungi beberapa spot wisata yang ada di sana yakni Kawah Sikidang, Telaga Warna, Telaga Cebong, Sikunir, dan Mie Ongklok Longkrang juga tidak luput cicipan kami, tidak lupa kami juga membeli marchendise dari dieng berupa kaos yang kami beli dari dihyang merch yang memiliki kualitas sangat baik.


Perjalanan ini kami lakukan pada hari Kamis sampai Jum’at tanggal 24-25 Desember 2015. Kamis pagi packing kami mulai dan bersiap untuk melakukan perjalanan menuju dataran tinggi dieng dan dieng plateau sekiatar pukul 09.00 WIB perjalanan dimulai. Cek point pertama kami lakukan di kebun teh kaliboja sekitar pukul 10.00 WIB untuk beristirahat sejenak karena mesin Beati sudah cukup panas. Setelah setengah jam beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju dataran tinggi dieng. Pukul 12.30 WIB kami sampai di daerah dieng dan sebelum kami mengunjungi tempat-tempat wisata, kami mencari penginapan di daerah Dieng setelah muter-muter mencari. Akhirnya kami memilih hotel Gunung Mas untuk menjadi tempat persinggahan kami di Dieng. Dengan harga Rp. 200.000 permalam kami mendapatkan fasilitas berupa kamar, kamar mandi dalam, air panas, TV dan sarapan. Menurut kami, hotel ini cukup bersih dengan air panas yang mengalir 24 jam. Di hotel ini kami beristirahat sejenak. Sekitar pukul 13.30 WIB kami makan siang dulu di warung setempat kemudian kami mulai mengunjungi beberapa tempat wisata, pada hari pertama ini kami hanya mengunjungi dua tempat wisata yaitu Kawah Sikidang dengan pemandangan kawah bersulfur dan telaga warna yang memiliki panorama yang indah. Tak terasa sore menjelang sekitar pukul 16.00 WIB rintik hujan mulai turun ketika kami berada di telaga warna. Kamipun memutuskan untuk pulang ke hotel dan beristirahat.






















Pukul 18.30 WIB setelah mandi dan sholat maghrib kami berencana untuk turun ke daerah Kota wonosobo sekalian makan malam, namun urung kami lakukan karena berdasarkan info dari pegawai hotel dan tamu hotel yang lain jalan menuju ke kota macet total tepatnya di daerah gardu pandang Tieng yang jalan longsor dan tengah dalam perbaikan. Kemacetan terjadi karena antrian kendaraan dari luar kota yang hendak ke Dieng melalui Wonosobo. Jadilah kami makan malam di Dieng tepat  di  depan hotel tempat kami menginap ada warung makan dieng yang cukup ramai. Jadilah kami kesana untuk makan malam, sang istri memesan ayam goreng sementara saya memesan mie ongklok sate. Setelah makan selesai pegawai warung menawari saya kopi purwaceng, karena penasaran jadilah saya memesan kopi purwaceng. Ternyata rasanya mirip dengan kopi tahlil dan emang mampu menghangatkan badan untuk menghadapi cuaca dingin dataran tinggi Dieng. Setelah makan malam kami pun sempat bingung mau kemana dan ngapain lagi untuk menghabiskan malam. Jadilah kami jalan-jalan memutari daerah sekitar Dieng. Disebelah timur tepat di dekat gerbang perbatasan Banjarnegara-Wonosobo ada sebuah toko yang cukup menarik dan otentik, ternyata toko itu merupakan toko merchendise daerah Dieng. Memang sudah banyak yang menawarkan merchendise berupa kaos khas Dieng. Tapi, menurut kami toko DihyangMerch ini berbeda dengan  desain dan kualitas kaos yang baik dan harga yang masih masuk akal bisa menjadi pilihan untuk merchendise khas daerah Dieng. Kami pun membeli beberapa potong kaos yang diproduksi oleh Dihyang Merch. Bila anda ingin tahu lebih banyak mengenai DihyangMerch, anda dapat mengunjungi Websitenya di  www.dihyangmerch.com atau apabila berada di daerah Dataran Tinggi Dieng anda dapat langsung mengunjungi tokonya yang berada di dekat gerbang perbatasan kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Setelah selesai makan malam dan membeli merchendise Dieng. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, kamipun pulang ke hotel dan beristirahat.Perjalanan ini kami lakukan pada hari Kamis sampai Jum’at tanggal 24-25 Desember 2015. 


Jum'at pagi tanggal 25 Desember 2015, pagi yang dingin seakan membuat kami betah berlama-lama di tempat tidur. Sambil ngobrol dan sarapan yang disediakan oleh hotel Gunung Mas, kami memutuskan untuk ke desa Sembungan sekalian naik menuju Bukit Sikunir dan setelah itu, kami akan ke Kota Wonosobo untuk menyantap mie ongklok Longkrang yang terkenal. Sekitar pukul 09.00 WIB lapar kembali menggelayuti perut kami, sarapan kedua masih di warung yang sama dengan menu soto dan nasi goreng plus sate sapi menjadi sarapan kami. sekitar pukul 10.00 WIB setelah cek out dari hotel dan paking kami pun memulai perjalanan lagi menuju Desa Sembungan. sekitar setengah jam berjalan kami sampai di telaga cebong dan bersiap mendaki bukit Sikunir yang terkenal dengan sunrisenya. Walapun kami tidak mengejar sunrise kami cukup senang karena Istri yang awalnya ragu karena belum pernah hiking ataupun naik gunung mau untuk mencoba untuk naik dan al hasil dia sangat puas setelah sampai di puncak dan wajahnya tampak bergembira setelah berhasil sampai di puncak sikunir walaupun kala itu tidak mendapat view apa-apa karena kabut yang turun dengan pekatnya. tak lupa kami abadikan beberapa moment kami ketika naik ke puncak bukit sikunir. Setelah merasa cukup beristirahat di puncak sikunir kami pun turun karena waktu sholat Jum'at sudah menjelang.



 












Setelah sholat jum'at kami pun melanjutkan perjalanan menuju kota wonosobo. Perjalanan lancar sampai ke Patak Banteng, namun, setelah itu antrian padat kendaraan yang hampir tidak bergerak menyambut kami. sekitar 30 menit kami berkutat dengan kemacetan yang diakibatkan oleh perbaikan jalan yang longsor kami pun dapat berjalan dengan lancar kembali. Sekitar pukul 15.00 WIB kami sampai di Mie Ongklok Longkrang, langsung cari tempat dan memesan. pukul 16.00 WIB setelah makan kami bersiap untuk pulang dan mampir membeli oleh-oleh khas dieng. setelah sampai di titik kemacetan kami mengantri selama kurang lebih 1jam untuk bisa berjalan dengan lancar kembali. kemudian kami berhenti di patak banteng untuk membeli oleh-oleh carica, teh rosela, dan purwaceng. tak di sangka-sangka si empunya toko oleh-oleh memberikan saya bonus berupa pil purwaceng yang sampai sekarang belum saya minum.
perjalanan ini hanya pemanasan dari SupraSableng Loevescepade, dan karena si Sableng masih dalam proses restorasi Beati lah yang mengantarkan kami dalam perjalanan ini.